oleh H.Kamiluddin
ALKISAH dalam mitologi masyarakat Tanah Beru, nenek moyang mereka menciptakan sebuah perahu yang lebih besar untuk mengarungi lautan, membawa barang-barang dagangan dan menangkap ikan. Saat perahu pertama dibuat, dilayarkanlah perahu di tengah laut. Tapi sebuah musibah terjadi di tengah jalan. Ombak dan badai menghantam perahu dan menghancurkannya. Bagian badan perahu terdampar di Dusun Ara, layarnya mendarat di Tanjung Bira dan isinya mendarat di Tanah Lemo.
Peristiwa itu seolah menjadi pesan simbolis bagi masyarakat Desa ARA. Mereka harus mengalahkan lautan dengan kerjasama. Sejak kejadian itu, orang ARA hanya mengkhususkan diri sebagai pembuat perahu. Orang bira yang memperoleh sisa layar perahu mengkhususkan diri belajar perbintangan dan tanda-tanda alam. Sedangkan orang Lemo-lemo adalah pengusaha yang memodali dan menggunakan perahu tersebut. Tradisi pembagian tugas yang telah berlangsung selama bertahun-tahun itu akhirnya berujung pada pembuatan sebuah perahu kayu tradisional yang disebut Phinisi.
Indonesia dewasa ini memang sedang penuh dengan hiruk pikuk kepentingan dari banyak pihak. Hal-hal yang seharusnya diperhatikan malah jadi diabaikan. Hal-hal yang pernah membuat negeri ini bangga, sekarang sudah dilupakan. Padahal sebagian besar wilayah kita adalah lautan. Tapi justru di lautan kita makin tertinggal. Seperti nasib Phinisi Nusantara yang kini terlunta-lunta meskipun pernah mencetak prestasi yang luar biasa. Dan mungkin sudah banyak orang Indonesia yang tidak ingat lagi lagu “NENEK MOYANGKU ORANG PELAUT”.
Sumber : http://www.facebook.com/sin.bangngia
Selasa, 06 Maret 2012
Kekayaan Nusantara? ENTAHLAH, khasanah ini seakan hanya seperti dongeng belaka...!!!
21.13
No comments
0 komentar:
Posting Komentar