Welcome My Blog Village


Diskusi Publik Mengenai Pinisi

Sabtu 25 Agustus 2012 bertempat di tanah kelahiran kapal pinisi yakni di desa Ara, kec. Bontobahari, forum pemerhati Ara-Lembanna melaksanakan diskusi publik mengenai pinisi dengan tema “ Pinisi : Sejarah, Budaya, dan Kesejahteraan Masyarakat

leang passea aset besar yang terabaikan

Leang (Gua) Passea di Kampung Ara, Kabupaten Bulukumba, adalah salah satu situs pekuburan kuno di Sulawesi. Di dalamnya, peti-peti mati yang dahulu tergantung di dinding gua, kini berserakan tak karuan bercampur tulang-belulang dan pecahan keramik kuno. .

Monumen Mandala Harusnya di Desa Ara, Bukan di Makassar

Monumen ini sepantasnya berada di Desa ara, pertanyaan selanjutanya kenapa desa Ara dianngap pantas menjadi tempat monumen mandala pembebasan Irian Barat.

KEPMA Ara-Lembanna Tolak Pembangunan Pabrik Peleburan Biji Besi Di Ara

Sejumlah mahasiswa dan pelajar yang tergabung dalam kerukunan pelajar dan mahasiswa Ara-Lembanna melakukan aksi di depan kantor Desa Ara, Kecamatan Bonto Bahari, mereka menenolak pembangunan pabrik peleburan biji besi, hari ini, Senin (9/4/2012)..

Foto-foto Pinisi Karya Orang Ara.

Selasa, 07 Mei 2013

Hajatan Desa Berskala Internasional, Peresmian Rumah Nelayan Lembanna Bulukumba


Bulukumba, rca-fm.com - Kepala Desa Lembanna, Amar Ma'ruf Mustari meresmikan Perumahan Nelayan di Desa Lembanna, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulsel, Ahad (5/5/2013).

Miniatur Perahu Phinisi (Foto: Istimewa)
Rumah Nelayan di Desa Lembanna merupakan Bantuan Kementerian Perumahan Rakyat Republik Indonesia untuk Tahun Anggaran 2011. Lahan tanah tempat berdiri sekitar 30 unit rumah ini merupakan tanah hibah dari Amar Ma'ruf Mustari.

Acara dimulai pada pukul 21.20 Wita. Sesepuh masyarakat Ara, seniman dan Pencetus Julukan "Panrita Lopi" untuk Bulukumba, Jafar Palawang tampil sebagai pemandu acara. Dengan gayanya yang khas, mendaulat Andhika Mappasomba, sastrawan dan budayawan muda Bulukumba untuk membacakan puisi. Iwan Salassa, pemerhati budaya juga didaulat untuk memberikan orasi sosial dan budaya.

Lomba Cipta Puisi (LCP) 2013 yang diselenggarakan oleh Radio Cempaka Asri 102,5 FM adalah bagian dari Peresmian Rumah Nelayan di Lembanna. Tema karya puisi yaitu alam dan budaya Bulukumba.

Lomba cipta puisi tersebut merupakan lomba bertaraf internasional yang pertama kalinya di Bulukumba.
"Pesertanya yang berasal dari berbagai negara mengirimkan puisinya secara online ke studio RCA. Salah seorang pemenangnya adalah mahasiswi asal Indonesia yang kini menimba ilmu di Cambridge University, Sidney Australia," kata Andhika Mappasomba dalam sambutannya mewakili Dewan Juri.

Uniknya, untuk pertama kali dalam sejarah sastra Indonesia, sebuah  lomba cipta puisi  disponsori oleh seorang kepala desa.  LCP 2013 disponsori oleh Amar Ma'ruf Mustari. 

Hadiah uang tunai bernilai jutaan rupiah termasuk cenderamata berupa miniatur Phinisi hasil kerajinan tangan masyarakat Lembanna diserahkan untuk enam orang pemenang LCP 2013. Hadiah-hadiah itu diserahkan secara simbolik kepada perwakilan penyelenggara dari RCA 102,5 FM, Rival dan  Ivan Kavalera.

Hajatan malam itu juga diisi dengan siraman rohani oleh Ustad Mardianto. Hingga larut malam, suasana semakin meriah dengan penampilan Andi Baso Gusti, seorang pemerhati budaya membacakan puisi karyanya serta menyanyikan beberapa lagu diiringi organ tunggal. (*)

sumber http://www.rca-fm.com/2013/05/hajatan-desa-bertaraf-internasional.html

Yang Benar adalah "Bumi Panritalopi", Bukan "Butta Panrita Lopi"


Bulukumba, rca-fm.com - Istilah "Panritalopi" sebagai julukan untuk Bulukumba begitu dikenal banyak orang di dalam maupun di luar negeri. Namun sangat sedikit yang mengetahui siapakah sebenarnya sosok pencetus "Panritalopi". Jangankan mengetahui sosok pencetusnya, tulisan sebenarnya dari Panritalopi pun tidak banyak orang yang mengetahuinya.

Ilustrasi
Jafar Palawang adalah sosok di balik penamaan tersebut. Jafar adalah seorang seniman teater dan seni rupa di Kecamatan Bontobahari. Pada tahun 1990-an, dialah yang pertama kali mencetuskan istilah "Panritalopi". 

Jafar mulai menggunakan istilah tersebut dalam spanduk yang berbunyi"Selamat Datang Di Bumi Panritalopi" dalam sebuah acara berskala kabupaten di Kecamatan Bontobahari. Oleh publik dan Pemerintah Kabupaten Bulukumba dari masa ke masa, istilah "Bumi Panritalopi" lama kelamaan berubah tulisannya menjadi "Bumi Panrita Lopi" bahkan kemudian berganti menjadi "Butta Panrita Lopi". Hampir semua media pun terjebak dalam kesalahan penulisan itu.

Menurut Jafar, di tengah-tengah acara Peresmian Rumah Nelayan Desa Lembanna, Ahad (5/5/2013), ada beberapa hal yang perlu diluruskan terkait istiah "Panritalopi" dan hal ini semestinya diketahui publik terutama pemerintah dan masyarakat Bulukumba.
"Penulisan 'Butta Panrita Lopi' itu tidak tepat, sebab istilah butta bermakna lain, maknanya sangat sempit jika memakai nama butta. Berbeda dengan Butta Kajang ataupun Butta Toa Bantaeng yang memang sudah sesuai artinya menurut geografinya. Yang tepat adalah 'Bumi Panritalopi', tulisan panritadan lopi pun tidak boleh dipisahkan, harus bersambung menjadi'Panritalopi'. Makanya pemerintah harus belajar lebih dalam lagi tentang literatur kuno berupa lontara.  Sebagai pencetus istilah Panritalopi, saya berkewajiban untuk meluruskan hal ini," jelasnya kepada rca-fm.com, Ahad (5/5/2013).

Ketika ditanya mengenai apresiasi pemerintah minimal penghargaan sebagai Pencetus Istilah Panritalopi, Jafar mengaku bahwa belum pernah sama sekali  ada apresiasi dari pemerintah dan pihak manapun apalagi membantu dalam mengurus Hak Paten istilah Panritalopi. (*)