Welcome My Blog Village


Jumat, 16 Maret 2012

"Pinisi Bukan Milik Bulukumba Semata?"

Mengapa ini bisa terjadi, masyarakat ara harus bergerak terutama anggota dewan kita yang terhormat yang berasal dari Bontobahari dan terkhusus buat bupati kita yang katanya punya darah keluarga desa Ara

kebanggaan ara telah di klaim


*Menjadi Ciri Khas Daerah, Miniatur Disimpan di Lobi Kantor
Laporan: Andhika Mappasomba

Pinisi yang selama ini dianggap sebagai kekayaan budaya masyarakat hingga menjadi identitas Bulukumba (Sulsel) mendapat ujian. Kini masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan mengklaim juga sebagai miliknya.
Hal tersebut terungkap setelah seorang perantau asal Bulukumba, H Kamiluddin Daeng Malewa yang kini menetap dan menjadi seorang pengusaha di daerah tersebut, memberikan informasi dan gambar ke Tim Sisi Lain (TSL) Radar Bulukumba, Rabu (8/2) bahwa pinisi telah dijadikan identitas atau ciri khas daerah tersebut.
Kamiluddin mengungkapkan pinisi memang telah dijadikan sebagai ciri khas daerah tersebut. Bahkan dia mengatakan kalau Pemkab Tanah Bumbu memberi perhatian yang lebih pada pinisi. Hal tersebut dibuktikan Pemkab Tanah Bumbu dengan membuat miniatur pinisi yang diletakkan di lobi kantor bupati.
Bukan hanya itu. H Kamiluddin menjelaskan bahwa logo Kabupaten Tanah Bumbu saja memang menjadikan Perahu Pinisi sebagai salah satu ikon yang tegas di dalamnya.

Lebih jauh, H Kamiluddin menjelaskan bahwa pembangunan Perahu Pinisi di daerah itu pada mulanya diprakarsai seorang yang bernama H Tibo Dengi dan Tawang Daeng Baji (Punggawa dari Ara Bulukumba) dan untuk Sombala dan kelengkapannya tetap didatangkan dari juga Bira Bulukumba. Terakhir, keberlanjutan pembangunan pinisi di daerah tersebut dilakukan oleh seorang yang bernama H. Taheruddin hingga sekarang.

"Sebenarnya sejak tahun 70-an pinisi sudah dibuat di daerah ini, karena bahan bakunya yang berlimpah. Mereka membuatnya dengan kapasitas muatan yang jauh lebih besar, th 1980 yg terbesar adalah perahu milik Toke Ming Qui dengan nama KM DIRGAHAYU yang dibuat selama 2 tahun. lama kelamaan, tonase perahu yang dibuat berangsur mengecil karena bahan baku mulai berkurang. Bahkan, akhir tahun 2000-an ada pesanan dari Pemprov Kalsel untuk membuat Kapal Pesiar (masih jenis pinisi)," paparnya.

H Kamiluddin juga mengungkapkan kalau di Kalimantan memang banyak pinisi. Hanya sekarang produksinya mulai berkurang. Bahkan telah banyak yang menjadi bangkai di beberapa tempat. "Sisa-sisa pinisi bisa kita lihat perahu-perahu pinisi yang hampir jadi fosil di jembatan Batulicin dan Tanah Merah, pembangunannya tidak bisa dilanjutkan karena razia ilegal logging mulai ketat," ungkapnya.

Di dunia maya sendiri, khususnya jejaring sosial facebook, Klaim Pemkab Tanah Bumbu tersebut mengundang polemik tajam dan mengarah kepada kekecewaan yang menganggap bahwa Pemerintah Kabupaten Bulukumba sangat lemah dalam memberikan perhatian dan kepedulian dalam mengupayakan landasan hukum atas hak kekayaan milik daerah Bulukumba. Tak kurang dari 40 an komentar yang memberikan tanggapan terhadap persoalan tersebut di salah satu facebook milik TSL.

"Hari ini baru pinisi yg diklaim orang, ketika pemerintah tak peduli dengan warisan leluhur... mungkin esok bumi Bulukumba akan ada yang mengklaim sebagai milik pribadinya," jelas salah satu komentar yang dikutip oleh TSL milik pengguna akun Idrus Paturusy.

Menanggapi persoalan pinisi ini, seorang legislator Bulukumba, Zulkifli Saiyye yang dikonfirmasi di Kantor DPRD BUlukumba atas persoalan klaim Pemkab Tanah Bumbu ini mengatakan bahwa dia secara pribadi tidak bisa menerima hal tersebut. "Kami akan usut," jawabnya singkat kepada TSL. (Dhika/80)

Sumber : http://www.mercusuarnews.com/2012/02/phinisi-bukan-milik-bulukumba-semata.html

0 komentar:

Posting Komentar