Mengapa ini bisa terjadi, masyarakat ara harus bergerak terutama anggota dewan kita yang terhormat yang berasal dari Bontobahari dan terkhusus buat bupati kita yang katanya punya darah keluarga desa Ara
|
kebanggaan ara telah di klaim |
*Menjadi Ciri Khas Daerah, Miniatur Disimpan di Lobi Kantor
Laporan: Andhika Mappasomba
Pinisi yang selama ini dianggap sebagai kekayaan budaya masyarakat
hingga menjadi identitas Bulukumba (Sulsel) mendapat ujian. Kini
masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan mengklaim
juga sebagai miliknya.
Hal tersebut terungkap setelah seorang perantau asal Bulukumba, H
Kamiluddin Daeng Malewa yang kini menetap dan menjadi seorang pengusaha
di daerah tersebut, memberikan informasi dan gambar ke Tim Sisi Lain
(TSL) Radar Bulukumba, Rabu (8/2) bahwa pinisi telah dijadikan identitas
atau ciri khas daerah tersebut.
Kamiluddin mengungkapkan pinisi memang telah dijadikan sebagai ciri khas
daerah tersebut. Bahkan dia mengatakan kalau Pemkab Tanah Bumbu memberi
perhatian yang lebih pada pinisi. Hal tersebut dibuktikan Pemkab Tanah
Bumbu dengan membuat miniatur pinisi yang diletakkan di lobi kantor
bupati.
Bukan hanya itu. H Kamiluddin menjelaskan bahwa logo Kabupaten Tanah
Bumbu saja memang menjadikan Perahu Pinisi sebagai salah satu ikon yang
tegas di dalamnya.
Lebih jauh, H Kamiluddin menjelaskan bahwa pembangunan Perahu Pinisi di
daerah itu pada mulanya diprakarsai seorang yang bernama H Tibo Dengi
dan Tawang Daeng Baji (Punggawa dari Ara Bulukumba) dan untuk Sombala
dan kelengkapannya tetap didatangkan dari juga Bira Bulukumba.
Terakhir, keberlanjutan pembangunan pinisi di daerah tersebut dilakukan
oleh seorang yang bernama H. Taheruddin hingga sekarang.
"Sebenarnya sejak tahun 70-an pinisi sudah dibuat di daerah ini, karena
bahan bakunya yang berlimpah. Mereka membuatnya dengan kapasitas muatan
yang jauh lebih besar, th 1980 yg terbesar adalah perahu milik Toke Ming
Qui dengan nama KM DIRGAHAYU yang dibuat selama 2 tahun. lama kelamaan,
tonase perahu yang dibuat berangsur mengecil karena bahan baku mulai
berkurang. Bahkan, akhir tahun 2000-an ada pesanan dari Pemprov Kalsel
untuk membuat Kapal Pesiar (masih jenis pinisi)," paparnya.
H Kamiluddin juga mengungkapkan kalau di Kalimantan memang banyak
pinisi. Hanya sekarang produksinya mulai berkurang. Bahkan telah banyak
yang menjadi bangkai di beberapa tempat. "Sisa-sisa pinisi bisa kita
lihat perahu-perahu pinisi yang hampir jadi fosil di jembatan Batulicin
dan Tanah Merah, pembangunannya tidak bisa dilanjutkan karena razia
ilegal logging mulai ketat," ungkapnya.
Di dunia maya sendiri, khususnya jejaring sosial facebook, Klaim Pemkab
Tanah Bumbu tersebut mengundang polemik tajam dan mengarah kepada
kekecewaan yang menganggap bahwa Pemerintah Kabupaten Bulukumba sangat
lemah dalam memberikan perhatian dan kepedulian dalam mengupayakan
landasan hukum atas hak kekayaan milik daerah Bulukumba. Tak kurang dari
40 an komentar yang memberikan tanggapan terhadap persoalan tersebut di
salah satu facebook milik TSL.
"Hari ini baru pinisi yg diklaim orang, ketika pemerintah tak peduli
dengan warisan leluhur... mungkin esok bumi Bulukumba akan ada yang
mengklaim sebagai milik pribadinya," jelas salah satu komentar yang
dikutip oleh TSL milik pengguna akun Idrus Paturusy.
Menanggapi persoalan pinisi ini, seorang legislator Bulukumba, Zulkifli
Saiyye yang dikonfirmasi di Kantor DPRD BUlukumba atas persoalan klaim
Pemkab Tanah Bumbu ini mengatakan bahwa dia secara pribadi tidak bisa
menerima hal tersebut. "Kami akan usut," jawabnya singkat kepada TSL.
(Dhika/80)
Sumber : http://www.mercusuarnews.com/2012/02/phinisi-bukan-milik-bulukumba-semata.html