Tulisan Ris Sukarma (Kompasiana)
Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/17/dari-ara-perahu-bugis-menjelajahi-dunia/
Menyusuri pantai selatan pulau Sulawesi ke arah
timur kita akan sampai ke Kelurahan Ara di Kabupaten Bulukumba. Desa
kecil yang pernah saya kunjungi awal-awal tahun 1980-an itu adalah desa
yang sederhana. Ara adalah salah satu dari tiga desa di kabupaten
Bulukumba yang, bersama-sama dengan Desa Tana Beru dan Lemo-lemo,
terkenal karena kepandaiaan masyarakatnya dalam membuat perahu. Penduduk
desa Ara, pada abad ke 14 Masehi, sudah bisa membuat perahu yang
menjelajahi dunia. Perahu pinisi yang dibuat masyarakat Bugis pada waktu
itu sudah bisa berlajar sampai ke Madagaskar di Afrika, suatu
perjalanan mengarungi samudera yang memerlukan tekad yang besar dan
keberanian luar biasa. Ini membuktikan bahwa suku Bugis memiliki
kemampuan membuat perahu yang mengagumkan, dan memiliki semangat bahari
yang tinggi. Pada saat yang sama Vasco da Gama baru memulai penjelajahan
pertamanya pada tahun 1497 dalam upaya mencari rempah-rempah, dan
menemukan benua-benua baru di timur, yang sebelumnya dirintis Marco
Polo.
Berbeda dengan penjelajahan suku Bugis dengan
perahu pinisinya, perjalanan Vasco da Gama dan Marco Polo tercatat
dengan rapi dan rinci dalam berbagai literatur. Bahkan pada
tempat-tempat yang pernah disinggahi oleh penjelajah laut Eropa tersebut
dibangun tugu peringatan yang masih dapat dilihat sampai sekarang.
Misalnya monumen yang terletak di pantai Tanjung Harapan (Cape of Good
Hope) di Afrika Selatan. Meskipun catatan perjalanan suku Bugis di masa
lampau tidak banyak ditemukan dalam berbagai literatur, tapi mereka
meninggalkan monumen hidup yang lebih permanen, yaitu keturunan suku
Bugis yang tersebar di berbagai tempat di tanah air, serta tempat-tempat
jauh yang pernah didatangi para pelaut ulung jaman dulu sampai ke
negeri China dan Afrika Selatan. Mereka tidak hanya singgah, tapi juga
tinggal lama dan menghasilkan keturunan yang masih bisa ditemukan sampai
sekarang.
Menurut catatan dalam naskah Lontarak I Babad La Lagaligo (www.portalbugis.com)
perahu pinisi sudah ada sekitar abad ke-14 M. Menurut naskah tersebut,
perahu pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading, Putra Mahkota
Kerajaan Luwu. Sawerigading membuat perahu tersebut untuk berlayar
menuju negeri Tiongkok, hendak meminang Putri Tiongkok yang bernama We
Cudai. Singkat cerita, Sawerigading berhasil memperistri Puteri We
Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di Tiongkok, Sawerigading rindu
kepada kampung halamannya. Dengan menggunakan perahunya yang dulu, ia
berlayar ke Luwu. Namun, ketika perahunya akan memasuki pantai Luwu,
tiba-tiba gelombang besar menghantam perahunya hingga pecah.
Pecahan-pecahan perahunya terdampar ke 3 (tiga) tempat di
wilayah Kabupaten Bulukumba, yaitu di Kelurahan Ara, Tana Beru, dan
Lemo-lemo.
Oleh masyarakat dari ketiga kelurahan tersebut,
bagian-bagian perahu itu kemudian dirakit kembali menjadi sebuah perahu
yang megah dan dinamakan perahu pinisi. Hingga saat ini, Kabupaten
Bulukumba masih dikenal sebagai produsen perahu pinisi, dimana para
pengrajinnya tetap mempertahankan tradisi dalam pembuatan perahu
tersebut. Pada abad modern sekarang ini, prestasi yang sudah dibuat
perahu pinisi adalah berhasilnya perahu tersebut berlayar ke Vancouver,
Kanada pada tahun 1986. Oleh karena kepiawaian para pengrajin tersebut,
Kabupaten Bulukumba dijuluki sebagai Butta Panrita Lopi, yaitu bumi atau tanah para ahli pembuat perahu pinisi.
Penulis pernah tinggal satu setengah tahun di
Makassar dan berinteraksi dengan suku Bugis. Di mata pendatang seperti
saya, orang Bugis adalah orang berkarakter keras dan sangat menjunjung
tinggi kehormatan. Bila perlu, demi mempertahankan kehormatan (siriq),
mereka bersedia melakukan tindak kekerasan. Jadi tidak heran apabila
ada yang mencoba menyinggung perasaan orang Bugis, maka serentak akan
mendapat protes keras. Namun demikian, di balik sifat keras itu, saya
merasakan bahwa orang Bugis juga adalah orang yang ramah dan sangat
menghargai orang lain serta sangat tinggi kesetiakawanannya. Tetangga
saya suku Bugis bahkan menjadi teman sampai sekarang. Orang Bugis
memiliki berbagai ciri khas yang sangat menarik, yang diulas secara
panjang lebar dalam artikel berikut ini.
Dalam sejarah kebangsaan kita, orang Bugis banyak menghasilkan
manusia-manusia teladan, seperti pahlawan nasional Sultan Hasanuddin
yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur, juga Baharuddin Lopa dan M.Yusuf,
pendekar hukum dan jenderal yang terkenal jujur dan lurus. Dan jangan
lupa, mantan Presiden Habibie dan mantan Wapres Jusuf Kalla keduanya
adalah orang Bugis.
Bugis adalah salah satu suku yang melengkapi dan
memperkaya khazanah budaya nusantara. Semangat bahari suku Bugis
membuktikan bahwa kita bukan bangsa yang lemah dan bisa didikte bangsa
lain, sejarah sudah membuktikannya. Tapi janganlah kita terpukau oleh
kejayaan masa lampau. Semangat petualangan bahari suku Bugis masa lalu
hendaknya tetap dipelihara dalam konteks dunia modern sekarang sebagai
semangat untuk maju dalam persaingan yang ketat dengan bangsa lain.
Musuh bersama kita sekarang ini adalah kebodohan, kemiskinan dan
keterbelakangan. Itulah tantangan kita bersama sebagai bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar