There is a current assuming that modernization increasingly eroding
the local culture. No doubt if the young generation now growing far
left from local identity, including familiar with Lontara characters
which is the traditional heritage of Bugis-Makassar.
But that assumption do not want accept by Muhannis. A high school
German teacher who also future generations of Sinjai Ara kingdom at
Bulukumba. He wont to see the script Lontara truly extinct.
Departing from his love of reading
text-heated Lontara sit on the bench since the third grade elementary
school in 1967, he began collecting manuscripts Lontara legacy of her
grandparents from the land of their ancestors in Ara, Bulukumba.
Today his collection of manuscripts collected Lontara which claimed
as many as 20 pieces can be accounted for authenticity. He claimed his
ancient manuscripts there Lontara oldest ata derived from 15th century,
it’s about 1667.
“The text of the oldest ancient Lontara my collection contains
teachings about astronomy,” says the man who born in Ara, Bulukumba 49
years ago. Cosmography that people of Bugis-Makassar used in the past
to know the signs of when the rainy season, dry season or planting
season coming.
Ada saat ini dengan asumsi bahwa modernisasi semakin mengikis budaya lokal. Tidak diragukan lagi jika generasi muda sekarang tumbuh paling kiri dari identitas lokal, termasuk akrab dengan karakter Lontara yang merupakan warisan tradisional Bugis-Makassar.
Tetapi asumsi yang tidak ingin menerima dengan Muhannis. Seorang guru sekolah menengah Jerman yang juga generasi masa depan Sinjai Ara kerajaan di Bulukumba. Dia wont melihat Lontara naskah benar-benar punah.
Berangkat dari kecintaannya membaca teks-panas duduk di bangku Lontara sejak sekolah dasar kelas tiga pada tahun 1967, ia mulai mengumpulkan naskah Lontara warisan dari kakek-neneknya dari tanah leluhur mereka di Ara, Bulukumba.
Saat ini koleksi manuskrip yang dikumpulkan Lontara yang diklaim sebanyak 20 buah dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Ia mengaku naskah kuno di sana Lontara ata tertua berasal dari abad ke-15, ini tentang 1667.
muhannis dan buku lontara
Lontara KUNO NASKAH. Muhannis menunjukkan manuskrip kuno dari koleksi di kediamannya, Jl Sungai Tangka, Sinjai
"Naskah kuno Lontara tertua koleksi saya berisi pengajaran tentang astronomi," kata pria yang lahir di Ara, Bulukumba 49 tahun yang lalu. Kosmografi bahwa orang-orang Bugis-Makassar yang digunakan di masa lalu untuk mengetahui tanda-tanda ketika musim hujan, musim kemarau atau musim tanam mendatang.
Tetapi asumsi yang tidak ingin menerima dengan Muhannis. Seorang guru sekolah menengah Jerman yang juga generasi masa depan Sinjai Ara kerajaan di Bulukumba. Dia wont melihat Lontara naskah benar-benar punah.
Berangkat dari kecintaannya membaca teks-panas duduk di bangku Lontara sejak sekolah dasar kelas tiga pada tahun 1967, ia mulai mengumpulkan naskah Lontara warisan dari kakek-neneknya dari tanah leluhur mereka di Ara, Bulukumba.
Saat ini koleksi manuskrip yang dikumpulkan Lontara yang diklaim sebanyak 20 buah dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Ia mengaku naskah kuno di sana Lontara ata tertua berasal dari abad ke-15, ini tentang 1667.
muhannis dan buku lontara
Lontara KUNO NASKAH. Muhannis menunjukkan manuskrip kuno dari koleksi di kediamannya, Jl Sungai Tangka, Sinjai
"Naskah kuno Lontara tertua koleksi saya berisi pengajaran tentang astronomi," kata pria yang lahir di Ara, Bulukumba 49 tahun yang lalu. Kosmografi bahwa orang-orang Bugis-Makassar yang digunakan di masa lalu untuk mengetahui tanda-tanda ketika musim hujan, musim kemarau atau musim tanam mendatang.
Sumber : http://sinjai-tourism.com/2011/03/23/an-original-manuscript-lontara-from-15th-century/
0 komentar:
Posting Komentar